Harga Beras Tinggi dan Isu Oplosan, Kanwil VI KPPU Sambangi PT Bulog Cabang Bulukumba

Bulukumba – Mahalnya harga beras saat ini tengah menjadi perhatian publik termasuk KPPU sebagai lembaga pengawas persaingan usaha.
Menanggapi hal tersebut, Plt. Kepala Kanwil VI KPPU Makassar, Hasiholan Pasaribu, melakukan kunjungan ke kantor dan gudang Bulog Cabang Bulukumba, pada Selasa (29/7/2025).
Plt. Kepala Kanwil VI KPPU Makassar diterima oleh Kepala Cabang Bulog Bulukumba, Farid Nur. Dalam kunjungannya Hasiholan Pasaribu menyampaikan bahwa isu mahalnya harga beras turut menjadi pengawasan KPPU.
“Kunjungan ini kami lakukan untuk mengumpulkan data dan informasi apakah ada isu persaingan usaha terkait mahalnya harga beras”, kata Hasiholan.
Sementara itu Kepala BULOG Cabang Bulukumba, Farid Nur, menyampaikan bahwa stok beras yang di BULOG saat ini 50.000 ton yang merupakan cadangan beras pemerintah (CPB) yang tidak hanya beras lokal tetapi masih ada tersisa beras impor.
Untuk mengatasi gejolak harga beras, Bulog dapat melakukan penyaluran dengan dua mekanisme.
Pertama, melalui bantuan pangan kepada keluarga penerima manfaat (KPM) dan yang kedua melalui program beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan).
Farid Nur menambahkan penyaluran beras SPHP dapat dilakukan melalui toko pengecer di pasar tradisional, toko binaan pemda, koperasi desa/kelurahan merah putih, gerakan pangan murah (GPM) oleh dinas ketahanan pangan.
Kendalanya adalah BULOG tidak bisa menyalurkan beras SPHP tanpa adanya rekomendasi atau permintaan dari pemda dalam hal ini Dinas Ketananan Pangan.
Beras SPHP termasuk dalam kategori beras medium yang dikemas dalam karung 5 kg. Harga jual sesuai HET Rp 12.500 per kg dengan membatasi pembelian maksimal 2 karung per orang.
Selain itu, BULOG juga melibatkan satgas pangan untuk pengawasan penyaluran beras SPHP. Dalam pengawasan yang sempat dilakukan beberapa waktu yang ditemukan adanya beras SPHP yang dioplos dengan beras kualias yang lebih rendah.
Permasalahan lainnya yang dialami BULOG Bulukumba yakni kesulitan penggilingan mitra BULOG untuk menyerap gabah petani karena adanya sistem ijon yang mengikat petani dengan tengkulak.
Hasiholan Pasaribu menanggapi bahwa ada tiga informasi penting yang diperoleh pertama adanya temuan beras SPHP yang dioplos, kedua terkait kendala penyaluran beras SPHP sehingga beras lambat tersalurkan ke pasar dan ketiga terkait kesulitan penggilingan BULOG untuk menyerap gabah petani.
“Informasi yang kami dapatkan hari ini tentu sangat penting dan akan kami laporkan ke pimpinan sebagai bahan pertimbangan tindak lanjut langkah-langkah apa yang perlu dilakukan oleh KPPU berdasarkan tupoksi KPPU”, pungkas Hasiholan.** (R)