MAKASSAR – PT Pelindo Jasa Maritim (SPJM) kembali menunjukkan kinerja solid pada Kuartal IV 2025. Penguatan struktur layanan dan standardisasi operasional setelah merger Pelindo terbukti memberikan dampak positif terhadap percepatan, keandalan, dan efisiensi layanan maritim di seluruh Indonesia, termasuk kawasan timur.
Agenda pemaparan kinerja tersebut turut dihadiri oleh Direktur SDM dan Umum PJM, Rachmat Prayogi; Direktur Operasi dan Teknik, Edward Pardamean Napitupulu; GM PT Pelindo Regional 4 Makassar; serta Terminal Head Petikemas New Makassar, yang bersama-sama meninjau capaian operasional dan arah penguatan layanan ke depan.
Direktur Utama PJM, Rachmat Prayogi, menegaskan bahwa proses integrasi pasca merger terus memberikan manfaat nyata bagi pengguna jasa.
“Pasca merger, kami terus memperkuat struktur layanan agar lebih cepat, andal, dan efisien. Kehadiran Pelindo yang terintegrasi membawa manfaat besar bagi seluruh pengguna jasa, termasuk di kawasan timur Indonesia,” ujarnya.
Hingga Oktober 2025, PJM berhasil mencatat berbagai capaian positif pada aspek keuangan dan operasional. Beberapa indikator utama mencatat pertumbuhan stabil, di antaranya: Pendapatan Usaha: Rp 6.769,64 miliar, Laba Usaha: Rp 633,95 miliar, dan Aset: Rp 7.724,37 miliar.
Aktivitas layanan utama juga menunjukkan performa signifikan: Pemanduan: 2,89 miliar gerakan, Penundaan: 4,39 miliar GT jam, Kunjungan kapal: 331.333 call, Docking kapal: 39 unit, Pengerukan: 1,65 juta m³, Distribusi gas: 13,19 juta MMBTU, dan Listrik: 176,46 juta KWH
Pencapaian ini menegaskan bahwa kebutuhan layanan maritim terus meningkat, dan PJM mampu menjawabnya melalui kapasitas layanan yang semakin terukur dan efisien.
Direktur Operasi dan Teknik PJM, Edward Pardamean Napitupulu, menjelaskan bahwa peningkatan kinerja tersebut merupakan hasil dari penguatan standardisasi operasional di seluruh wilayah kerja.
“Kami memastikan seluruh layanan maritim, alat, dan armada dikelola dengan standar yang sama di seluruh Indonesia. Efisiensi ini tercermin dari peningkatan availability alat dan perbaikan waktu perbaikan (MTTR),” jelasnya.
Standardisasi ini membuat proses operasional lebih stabil, cepat, dan memiliki kualitas yang merata, sehingga berdampak langsung pada kepuasan pengguna jasa.
PJM menegaskan komitmennya untuk terus melanjutkan transformasi operasional dan penguatan teknologi demi meningkatkan efisiensi dan kecepatan layanan maritim.
Integrasi pasca merger menjadi fondasi bagi penguatan ekosistem pelabuhan nasional agar semakin berdaya saing, khususnya dalam mendukung aktivitas logistik dan perdagangan antarwilayah.
Dengan tren positif hingga akhir 2025, PJM optimistis dapat terus memperkuat kontribusinya bagi konektivitas maritim Indonesia dan mendukung aktivitas ekonomi nasional secara berkelanjutan.


Tinggalkan Balasan