Konsolidasi Ideologis Mantan Aktivis Pasca 98 Untuk Indonesia Berdaulat Yang Tidak Melupakan Sejarah Bangsa
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak melupakan sejarahnya. Jangan sekali-kali melupakan sejarah," -- Bung Karno

DEPOK – Sejumlah mantan aktivis mahasiswa yang tergabung di Organisasi Jaringan Nasional Indonesia menggelar agenda konsolidasi ideologis di kantor sekretariat JARNAS.INDO di Ruko Curugan, Blok B,C,D Tanah Baru, Beji, Depok, Jawa Barat, minggu(6/7/2025).
Dalam keterangannya Adhi Wibowo selaku Ketua Harian JARNAS.INDO menyampaikan, bahwa mantan aktivis mahasiswa punya tanggung jawab yang besar untuk melanjutkan perjuangan para founding fathers kita di Indonesia. Jelas tujuan kita bernegara adalah untuk memakmurkan rakyat indonesia, bukan hanya memperkaya segelintir elit oligarki saja. Adhi juga menegaskan bahwa mantan aktivis mahasiswa harus tetap menjaga nilai-nilai idealismenya sebagai aktivis yang pernah berjuang bersama rakyat. “Kita sebagai anak bangsa harus berani bersikap dan tidak melupakan sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia, meskipun sejarah itu kelam”. Hal ini juga menegaskan bahwa jika mantan aktivis kemudian masuk kedalam lingkaran pemerintah, maka jangan sekali-kali menjadi alat kekuasaan dan mudah disetir oleh narasi penguasa.
JARNAS.INDO mengecam kepada siapa pun yang berupaya menggeser dan mengaburkan fakta dan peristiwa kelam dari sejarah Indonesia. Bukan hanya peristiwa kerusuhan 98 yang secara fakta telah terjadi perkosaan secara masal seperti yg dilaporkan oleh Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) 1998, tetapi juga terhadap semua peristiwa kelam yang lainnya termasuk peristiwa 65 yang sampai sekarang masih dikaburkan.
Akhmad Rianto, Dewan Pembina JARNAS yg juga aktif sebagai pengacara rakyat di Makassar menekankan bahwa pernyataan Menteri Fadli Zon telah mencederai rasa keadilan para penyintas peristiwa 98 yg sampai hari ini belum mendapatkan keadilan.
Dalam acara konsolidasi ideologis tersebut, JARNAS.INDO menegaskan kepada semua kader agar mau belajar dari sejarah, sehingga kita tidak melupakan dari mana kita lahir dan kemana arah perjuangan bangsa kedepan.
Melihat kebutuhan untuk menyamakan perspektif dalam menganalisa sejarah gerakan rakyat dan peristiwa-peristiwa kelam yang terjadi di Indonesia, Damar Panca selaku Sekjend JARNAS.INDO akan mendorong konsolidasi ideologis ini menjadi ruang diskusi yang lebih luas lagi dengan melibatkan mantan Aktivis 98, pasca 98, dan beberapa tokoh nasional yang independen.
Sejauh ini sudah ada beberapa kawan-kawan jaringan aktivis 98 dàri berbagai kota antara lain, Surya (Bandung), Anton (Jakarta), Dahlan (Aceh), Aven (Surabaya), Toni (Semarang), Rona (Kaltim) dan banyak lagi yang bersepakat untuk mengadakan pertemuan (Retret) di Kaliurang Jogyakarta dalam waktu dekat ini. Kegiatan konsolidasi ideologis ini sengaja di desain dalam konsep Retret didaerah pedalaman yang jauh dari keramaian agar diskusinya bisa lebih mendalam untuk membaca situasi nasional saat ini dan sekaligus melakukan napak tilas terhadap sejarah perjuangan rakyat Indonesia.
“Untuk merealisasikan agenda ini, sudah terkonfirmasi perwakilan mantan aktivis mahasiswa yang akan ikut bergabung dalam agenda konsolidasi ideologis tersebut, diantaranya perwakilan dari Aceh, Sumut, Sumbar, Jambi, Sumsel, Lampung, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali, NTB, NTT, Kalimatan Timur, Kalbar, Sulawesi Selatan, Sulut, Sulteng, Maluku, Maluku utara, Papua dan Papua Pegunungan yang akan turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, hampir 2/3 perwakilan wilayah Indonesia akan menghadiri acara ini,” ujar Ahmad Rianto.
Ketua Umum JARNAS.INDO Happy Kurniawan menambahkan bahwa konsolidasi ideologis ini akan menjadi bekal ideologis bagi mantan aktivis mahasiswa yang akan terus mengawal program perjuangan rakyat termasuk mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat.
“Presiden Prabowo Subianto harus lebih banyak lagi mengakomodir kepentingan rakyat dan mengajak para aktivis kerakyatan dalam mengawal program-program prioritas dan strategis, agar dalam implementasinya tidak diselewengkan atau di korupsi oleh para elit oligarki. Jika hal ini bisa disinergiskan, maka cita-cita menuju Indonesia emas 2045 dan menjadi bangsa yg besar akan lebih mudah direalisasikan,” ucap Happy.