KOLAKA, MATASULSEL.ID — Proyek hilirisasi nikel nasional kembali mencatat kemajuan penting. Kedatangan autoclave perdana di kawasan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, menandai kesiapan Indonesia mengoperasikan fasilitas pengolahan nikel berteknologi tinggi untuk mendukung industri baterai kendaraan listrik dan transisi energi global.
PT Vale Indonesia Tbk, anak usaha Mining Industry Indonesia (MIND ID), bersama mitra strategis PT Kolaka Nickel Industry (KNI), secara resmi menerima dua unit autoclave pertama untuk Proyek High-Pressure Acid Leaching (HPAL) Pomalaa yang merupakan bagian dari Indonesia Growth Project (IGP) Pomalaa.Kedatangan peralatan utama tersebut menjadi tonggak penting dalam tahapan konstruksi dan persiapan operasional proyek, sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam mempercepat hilirisasi mineral bernilai tambah di dalam negeri.Autoclave merupakan peralatan utama dalam proses HPAL yang memanfaatkan suhu tinggi sekitar 240–270 derajat Celsius dan tekanan hingga 5.600 kPa untuk melarutkan nikel dan kobalt dari bijih laterit. Proses ini menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), bahan baku utama industri baterai kendaraan listrik.

Fasilitas HPAL Pomalaa ditargetkan memiliki kapasitas produksi hingga 120.000 ton MHP per tahun. Tiga unit autoclave tambahan masih dalam tahap finalisasi jadwal pengiriman.

“Teknologi HPAL memungkinkan peningkatan nilai tambah sumber daya mineral nasional dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global baterai kendaraan listrik,” kata Chief Project Officer PT Vale Indonesia, Muhammad Asril.

Proyek ini diharapkan memperkuat ketahanan industri nasional serta mendukung agenda transisi energi dan ekonomi rendah karbon.